Amankah mencampur sabun cuci piring dan garam?
Menghemat sabun cuci piring dengan garam boleh saja. Meski tak terdapat bukti gabungan ini dapat menyebabkan kanker, namun ada konsekuensi pada kesucian dan efek jangka panjang terhadap lingkungan.
Seperti dinukil laman Grid.id dari akun instagram @nyonya_gosip, membaur lima liter air dengan sabun cuci piring diperbanyak sebungkus garam terbukti dapat memperbanyak jumlah sabun tanpa mengolah komposisinya. Sabun pencuci piring tetap kental dan kesat, cucian juga bersih maksimal.
Kiat menghemat ini pun pernah sukses diuji jajaki pada 2014. Bahkan pada 2017, pemuda Desa Lengkong di Kabupaten Pati, JawaTengah, turut menjadikan gabungan itu solusi irit ramah lingkungan.
Namun, sejumlah hari belakangan malah beredar pesan di media sosial yang menyinggung bahwa cairan pencuci piring dibaur garam tidak baik guna kesehatan.
Berdasarkan keterangan dari pesan itu, kandungan ABS (Alkyl Benzene Sulfanat) dalam sejumlah merek sabun pencuci piring bila bercampur dengan garam dapur (NaCL) yang berisi chlor atau klorin, bakal menghasilkan senyawa kimia chlor benzene.
Chlor benzene beracun karena mempunyai sifat karsinogenik.
Terlebih lagi air destilasi yang melewati proses penjernihan atau klorinisasi pun menghasilkan klorin. Kesimpulan pesan itu, klorin pada air andai berakumulasi dengan chlor benzene pada pencuci piring yang diperbanyak garam, akan memunculkan bahaya karsinogenik berlipat ganda.
Benarkah demikian?
Sabun pencuci piring adalahturunan dari deterjen. Proses pembuatannya sama dengan proses penciptaan sabun pada umumnya. Yakni melewati suatu proses hidrolisis lemak dalam situasi basa yang dinamakan saponifikasi atau reaksi penyabunan.
Dalam proses saponifikasi, selain membaur asam lemak dan alkali (senyawa basa)--seperti natrium hidroksida/sodium hidroksida/soda api (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH)—sebagai bahan utama penghasil sabun, juga diperlukan tambahan garam sebagai bahan pendukung.
Penambahan garam pada sabun, khususnya garam natrium atau garam dapur (NaCl), bermanfaat sebagai pengental sekaligus menambah busa sabun pada ketika digunakan.
Sabun pencuci piring pun berisi bahan aktif yang terdiri dari gabungan surfaktan. Surfaktan (surface active agent) adalahzat aktif permukaan dengan dua ujung terpisah yang mempunyai sifat hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini bermanfaat menurunkan tegangan permukaan air sampai-sampai menghasilkan daya angkat lemak yang kuat.
Akan tetapi, kata Allen Clause, dosen kimia dari University of Wisconsin-Madison, produk yang bertolak belakang diformulasikan untuk situasi tertentu dan tidak bisa dipertukarkan. Perbedaan utama terdapat pada pH, terdapat atau tidaknya pemutih, dan jenis surfaktan.
Surfaktan dalam sabun pencuci piring dengan tangan misalnya, akan bertolak belakang dari deterjen, juga pencuci piring otomatis.
Meskipun sama-sama mempunyai sifat anionik—terlarut menjadi ion, bukan partikel kecil—beberapa brand deterjen dan pencuci piring otomatis memakai surfaktan berkandungan ABS, sedangkan mayoritas sabun pencuci piring memakai surfaktan yang lebih simpel dari ABS, yakni Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS).
ABS memiliki keterampilan membersihkan hingga ke unsur dalam, sementara LAS melulu di permukaan.
Penggunaan ABS sudah dilarang sebanyak negara karena dominan negatif terhadap lingkungan seperti meminimalisir persediaan air tanah dan mengakibatkan biota air mati. Sementara LAS lebih ramah lingkungan sebab relatif lebih gampang didegradasi oleh tanah, meskipun prosesnya paling lambat.
Singkatnya, ABS dan LAS dapat dianggap riskan dan beracun setelah menjangkau jumlah tertentu yang mendahului batas pemakaian dalam sabun cuci piring.
Kehadiran benzena dalam surfaktan juga tak dapat disalahkan sepenuhnya sebagai penyebab toksisitas ataupun kanker sebab hanya digunakan sebagai pelarut senyawa, meskipun terdapat korelasi tidak langsung. Dengan demikian, tak terdapat sangkut pautnya pula dengan klorin dalam air.
Seperti diterangkan dr Ulfi Umroni dari Alodokter, “Setiap produk sabun cuci piring yang diciptakan sudah memiliki takaran tertentu guna mendapatkan hasil optimal, baik berupa sifat melarut minyak, kadar kimia toksik, dan kegunaannya sebagai disinfektan perlengkapan dapur terhadap perkembangan kuman.”
Terlebih lagi, tambah dr Nira Hastati dan dr Nadia Nurotul Fuadah, belum ada riset khusus berhubungan bahaya garam bila dibaur sabun pencuci piring.
Yang jelas, kata mereka, garam adalahproduk makanan yang mempunyai sifat antiseptik alias dapat membasmi bakteri.
Akan namun menurut keterangan dari dr Ulfi, terlepas dari faedah garam sebagai disinfektan, alih-alih mempunyai sifat karsinogen peningkatan garam malah lebih memengaruhi faedah dari sabun cuci piring.
Tepatnya dengan menurunkan kemampuannya sebagai disinfektan atau suci hama. Ini dampak perubahan komposisi bahan dasar sabun cuci piring.
Oleh karena itu, dr Nadia menyarankan untuk membasuh piring segera setelah digunakan di bawah air berbobot | berbobot | berkualitas bersih dan baik—tidak berbau dan berwarna--agar tidak terkontaminasi penyakit.
Di samping itu, sambung dr Nira, sekalipun pencuci piring ramah lingkungan dan lembut di tangan, “Masih ada bahan yang mempunyai sifat iritatif sampai-sampai perlu guna mengencerkannya terlebih dahulu sebelum digunakan.”
Untuk menghindari kulit kering dan iritasi, “Sebaiknya tes kulit di unsur tubuh yang tertutup (misalnya lengan atas atau paha atas) sebelum digunakan. Jika memiliki kulit paling sensitif, usahakan memakai sarung tangan saat membasuh piring,“ saran dr Nira.
Sekarang Anda tidak perlu lagi mencampur sabun cuci piring dengan garam untuk menghemat biaya karena ada sabun cuci piring yang murah, cepat, bersih dan wangi.
Tersedia kemasan: 5 Liter yang cocok untuk restoran dan hotel dan 600 ml untuk keperluan rumah tangga Anda dengan varian: Lemon dan Jeruk Nipis
Harga 5 L Rp 70.000 dan 600ml Rp 10.000
ANDA BERMINAT? HUBUNGI 081234383989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar